Usianya sekitar 40-an kukira. Ramping, mungil, cantik, tipikal perempuan Vietnam. Lebih dari itu, ia merak ati, kalau kata orang Jawa. Ada energi yang kuat, semangat yang membuncah, tiap kali ia bercerita. Meski mungkin ia bicara hal yang sama setiap hari kepada para turis yang dipandunya.
Aku orang pertama yang ia jemput di rumah Thuy, induk semangku di Dalat. Selanjutnya mobil van disesaki oleh 11 turis, ditambah supir dan Maria yang duduk di sampingnya, sambil terus menghadap ke belakang. Ia memulai kerjanya pagi itu dengan mencatat satu per satu nama-nama kami dan menghapalkannya. “Oh, aku akan mudah mengingat namamu. Aku Maria,” katanya, sesaat setelah kusebut namaku Vero. Aku tak menanyakan nama lengkapnya, karena yakin aku akan lupa segera sesudahnya.
Maria |
Menanti kopi |