Salah satu capaian
penting belajar di luar negeri bagiku adalah
merasakan bagaimana menjadi murid tergoblog. Sejak sekolah, taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi aku tidak termasuk golongan menengah bawah. Sesekali
juara walau tidak pernah menjadi juara I juga. Kenapa kusebut pencapaian? Karena
hal ini mengubah cara pandangku selanjutnya saat aku menjadi guru.
Masih cerita tentang
Ecully. Belum sembuh dari rasa jetlag, tibalah aku pada kelas radio.
Pengajarnya super duper hebat, Sean Patrick Lovett, direktur siaran bahasa
Inggris Radio Vatikan. Mata pelajaran ini nyaris seutuhnya praktikal. Ada teorinya, tapi sedikit sekali. Selebihnya
berkutat dengan membuat naskah, masuk studio rekaman atau ke lapangan
mewawancara narasumber. Bayangkan ! Aduhai super duper mumetnya aku.
Di kelas ini ada
siswa-siswi hebat, dengan begitu mereka langsung nyambung. Ya, kelas ini cuma
penyegaran saja kok buat mereka. Semacam tahun sabatikal yang boleh diambil di
luar negeri dengan mengikuti kursus atau apalah yang berguna tapi tetap
menggembirakan. Ada Fabrizio Colombo, misionaris muda ganteng asal Milan yang
bekerja di Chad. Ada Agnes Namutebi, penyiar hebat dari Radio Uganda. Ada lagi
sahabat terbaikku Michelle Yoon, seniwati penulis naskah radio, drama dan film
dari Korea Selatan. Saiyah mah apah... !