Kamis, 04 Juli 2019

Romo Carol Patampang, Tuan Rumah PKSN

Namanya RD Carolus Patampang. Dari namanya saja, jelas dia orang asli Toraja. Meski bagi saya, kulitnya yang sedikit gelap, wajahnya yang bulat dan irama bertuturnya yang lambat lebih mengesankan sebagai orang Jawa.
Selama seminggu perhelatan PKSN di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Makale, perannya terlihat menonjol. Tubuh bongsornya tak menghalangi untuk lincah wira-wiri, menyapa semua orang. Selama 29 Mei -3 Juni 2019, paroki ini bak berpesta. Semua boleh datang. Semua berbincang, bertukar ilmu dan pengalaman. Semua larut dalam tari, nyanyi, tawa dan canda.
Pastor Carol akan berkeliling, menyapa semua orang, "Sudah makan? Di sini harus makan banyak," katanya.
Makan adalah bagian penting sebuah pesta. Hidangan mengalir tak henti. Para peserta PKSN diinapkan di guest house atau rumah penduduk, tetapi makan pagi, siang, dan malam di pastoran.
Begitu pun para peserta workshop yang kebanyakan adalah OMK setempat. Masih juga ditambah umat yang silih berganti datang. Kami makan bersama di bawah tenda-tenda di muka pastoran atau duduk bersila di lantai panggung lumbung.
Pastor Carol bukan cuma mengurus makan. Ia tak segan menjadi sopir bagi peserta PKSN. Ada banyak mobil yang disediakan untuk antar jemput peserta.
Ia juga pemandu wisata yang baik. Dalam upacara Rambu Solo orang tua Pastor Natan Runtung, ia membawa para peserta PKSN ke salah satu lumbung dengan sudut pandangan terbaik. Namanya juga aktivis Komsos. Ulahnya ya macam-macam, ambil foto, ambil gambar video, siaran langsung di akun medsos masing-masing, atau sekedar akting narsis. Nah, yang terakhir ini paling banyak tentu saja.
Pastor Carol cuma senyum maklum. Saya beruntung bermobil bersamanya dalam kegiatan terakhir ini. "Kita akan ambil jalan pulang memutar," katanya seusai upacara pokok Rambu Solo.
Mobil melewati jalan-jalan kampung dengan pemandangan sawah-sawah subur berpagarkan gunung-gunung batu. Rumah adat atau tongkonan dengan atap berbentuk tanduk kerbau menjulang di antara kehijauan alam pedesaan. Indah seperti foto-foto kalender. Sesekali ia berkisah terkait dengan objek yang kami lewati.
"Jangan mati sebelum datang ke Toraja."
Ah, saya lupa siapa kemarin mengucap itu. Mungkin Pastor Yans. Tapi siapa tahu, mungkin Pastor Carol.
Siapapun itu, menjadi tidak penting. Yang lebih penting adalah, kerja besar telah berhasil diselesaikan.
Selamat, Pastor Carol. Terima kasih atas kebaikan yang telah kami terima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar